Feeds:
Posts
Comments

Posts Tagged ‘informasi haji’

Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) merawat belasan jemaah yang mengalami gangguan jiwa. pENDERITA Gangguan kejiwaan ini karena kebanyakan sudah mempunyai riwayat gangguan jiwa ketika di Tanah Air.

Menurut dokter psikiater BPHI Tri Aniswati, terjadinya gangguan kejiwaan ini disebabkan karena ada perbedaan sosio kultur antara Tanah Air dengan Tanah Suci. Kondisi ini menyebabkan seseorang sudah mempunyai riwayat gangguan kejiwaan merasa tertekan karena adanya perbedaan kondisi tersebut.

“Bisa saja orang yang dalam kondisi sehat di Tanah Air, namun mengalami gangguan jiwa ketika berada di Tanah Suci karena tidak bisa menyesuaikan perbedaan sosio-kulutural tersebut. Oleh karena itu cara mengatasinya adalah dengan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan ketika berada di Tanah Suci,” jelas Tri Aniswati.

Lebih lanjut Tri Aniswati menjelaskan, orang yang tidak biasa pergi jauh saja sudah bisa menjadi faktor yang menyebabkan seseorang stress. Apabila tidak mampu mengelola daya tahan stress, maka orang tersebut akan mudah menjadi stress.

Mengurangi rasa stress ataupun gangguan kejiwaan bagi jemaah, maka harus didampingi orang yang dekat dengan penderita. “Diharapkan, orang tersebut menemukan orang yang dianggap satu nasib satu sepenanggungan,” imbuhnya.

Di samping itu, jemaah juga perlu disadarkan bahwa kedatangannya ke Tanah Suci untuk beribadah. Sehingga diharapkan akan menemukan kembali tujuannya datang ke Tanah Suci.

Mengenai penanganan terhadap pasien yang mempunyai gangguan kejiwaan, menurut Tri Aniswati memerlukan waktu yang lama. Kebanyakan orang juga belum paham dalam menangani penderita gangguan kejiwaan ini. Misalnya bagi penderita yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, maka penderita harus tetap diberi obat meskipun kondisi kejiwaannya sudah membaik.

Balai Pengobatan Haji Indonesia sendiri telah merawat belasan jemaah yang mengalami gangguan kejiwaan ini, tiga di antrannya mengalami gangguan jiwa berat. (MA Effendi/Elshinta,depag)

Silahkan simak:

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/siapkan-diri-di-musim-dingin/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/keletihan-bisa-berimbas-pada-kesehatan-jiwa/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/siapkan-diri-di-musim-dingin/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/keletihan-bisa-berimbas-pada-kesehatan-jiwa/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/berakhlaq-mulia-di-tanah-suci/

http://www.depag.go.id/index.php?a=detilberita&id=1610

Read Full Post »

Untuk kepentingan distribusi dan publikasi, Komplek Percetakaan Al-Quran Raja Fahd memproduksi Al-Quran beserta tafsirnya dalam 53 bahasa dunia. Di antaranya, bahasa Afrika seperti bahasa Zulu dan sebagainya; Arab; Indonesia, Thailand, Jepang, China dan bahasa Asia lainnya; Inggris, Spanyol, Urdu, dan lain-lain.

Tim Media Center Haji (MCH) Arab Saudi, Sekretaris Daerah Kerja (Daker) Madinah Mukholih Jimun dan petugas Daker Madinah Samsul Ali, memperoleh kesempatan berkunjung ke Komplek Percetakan Al-Quran Raja Fahd, di Madinah Al-Munawarah. Lembaga yang dalam bahasa Arab disebut Mujamma` al-Malik Fahd Li Thiba`a al-Mushaf al-Syarif Madinah al-Munawarah ini, berada di bawah naungan Kementerian Urusan Agama Islam Kerajaan Arab Saudi.

Dalam kesempatan tersebut, Suara Karya bersama tim MCH yang terdiri atas 6 wartawan masing-masing diberikan 1 mushaf Al-Quran dan Terjemahnya oleh pihak percetakan. Dalam Al-Quran yang mencantumkan nama pengurus Yayasan Penyelenggara Penerjemah (Penafsir) Al-Quran Indonesia seperti almarhum Prof TM Hasbi Ashhshiddiqi dan kawan-kawan ini, terdapat tulisan “Wakaf Dari Pelayan Dua Tanah Suci, Raja Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa`ud.”

Al-Quran ini dibagikan secara gratis (wakaf), baik melalui pengiriman langsung ke negara-negara yang bersangkutan, maupun dibagikan di Arab Saudi saat umat Islam menunaikan ibadah haji.

“Alhamdulillah, program kami mencetak Al-Quran dan terjemahannya dalam 53 bahasa sudah terlaksana. Al-Quran yang model ini kami bagikan secara gratis. Untuk musim haji tahun ini, kami bagi dua juta jilid. Semoga Allah memudahkan semua urusan ini,” kata pegawai publikasi Kompleks Malik Fahd, Syeikh Ahmad.

Selain mencetak Al-Quran, tutur dia, pihaknya mencetak jurnal kajian Al-Quran dan A-Sunnah (hadis nabi). “Termasuk jurnal bantahan untuk meluruskan hal-hal yang berkaitan dengan Al-Quran, dan hasil seminar-seminar tentang Al-Quran,” katanya.

Terkait proses pencetakan Al-Quran, Syeikh Ahmad menjelaskan, bahwa produksi dilakukan melalui lima tahap. “Sebelum dicetak pada media kertas yang sebenarnya, para kaligrafer menorehkan tulisan-tulisan huruf Al-Quran tanpa titik dan baris di atas plat cetakan yang transparan. Itu tahap pertama,” katanya.

Tahap kedua, ucap dia, hasil tulisan para kaligrafer itu langsung dikirimkan tim pengawas kepada ulama-ulama besar di berbagai negara di dunia. Ini dilakukan untuk pemeriksaan secara mendetail dan akurat.

“Setelah melakukan pemeriksaan, tim pengawas yang berkeliling dunia itu akhirnya menemui penulisnya, sehingga bila ada kesalahan sekecil apa pun akan langsung diperbaiki di depan tim pengawas senior yang terdiri atas beberapa ulama Arab Saudi,” katanya.

Dia menuturkan, perbaikan itu juga sangat teliti. Sebagai contoh, ada kelebihan satu titik, ada kelebihan lekukan pada huruf “sin”, dan sebagainya, sehingga kekeliruan sekecil apa pun terkoreksi. Tahap ketiga adalah memberikan titik dan baris untuk huruf-huruf tertentu pada halaman yang ada, kemudian dikirimkan lagi kepada tim pengawas senior untuk diteliti kebenarannya.

“Untuk tahap keempat adalah memberikan tanda-tanda waqaf. Dan tahap kelima, adalah memberikan nomor-nomor ayat, halaman, dan pinggiran kaligrafis, kemudian hasilnya baru dicetak oleh 1.700 petugas teknis di percetakan,” katanya.

Hasilnya pun, menurut dia, masih ada tahap sortir yang juga sangat teliti. “Yang salah atau cacat, apakah kesalahan titik dan baris, adanya lipatan kertas yang cacat, adanya jahitan yang melenceng, maka semuanya akan disortir untuk dimusnahkan di gudang pemusnahan,” katanya.

Syeikh Ahmad juga menjelaskan, pihaknya sekarang mencetak Al-Quran yang diterjemahkan dalam 53 bahasa dan satu bahasa isyarat, di antaranya bahasa Afrika, Arab, Asia, Inggris, Spanyol, Urdu, Hausa, Macedonia, dan sebagainya. “Untuk bahasa Asia, antara lain bahasa China, Korea, Indonesia, dan sebagainya,” katanya.

Di akhir pemaparannya kepada tim MCH Arab Saudi, Syeikh Ahmad berpesan agar media selalu berada di garda terdepan. “Jurnalis itu memiliki tangung jawab yang besar untuk menyebarkan ajaran dan nilai-nilai Al-Quran kepada masyarakat dunia,” katanya, sambil menyalami 6 wartawan MCH Arab Saudi.
Bagaimana komentar jemaah haji Indonesia yang pernah mengunjungi pabrik percetakan Al-Quran tersebut. “Percetakannya seperti penerbitan surat kabar di Indonesia, tapi cara kerjanya sangat luar biasa,” kata jemaah haji asal Aceh, Edy Irwinsyah.

Tentu saja, pandangan jemaah kloter I dari Tanah Rencong itu sangat tepat, mengingat Al-Quran yang berasal dari percetakan di Kota Nabi itu, melalui proses yang tidak sesederhana yang dibayangkan, sehingga kualitasnya sangat baik dan bernilai seni tinggi. (Yudhiarma,depag)

Read Full Post »

Kasus jemaah tersesat atau tidak bisa pulang ke hotel tempatnya menginap adalah tertinggi diantara kasus-kasus lain. Hingga saat ini setidaknya 70 kasus orang tersesat sejak kedatangan jemaah di Madinah pada 23 Oktober lalu. Jemaah yang mengalami sesat hamper seratus persen adalah jemaah dengan usia di atas 60 tahun.

Fauzan Ngasari, petugas pengamanan di Sektor Lima Daerah Kerja Madinah mengakui setiap hari dirinya menerima dan mengantarkan jemaah Indonesia yang tersesat atau tidak bisa pulang ke pondokannya. Kebanyakan yang menjadi penyebab jemaah tersesat karena terpisah dari romobngan setelah sholat di Masjid Nabawi. “Kebanyakan mereka ditemukan oleh petugas, setelah koita data kita antar kembali ke hotel mereka menginap,” ungkap Fauzan Ngasari.

Fauzan mengakui hampir setiap hari di Sektornya ada laporan jemaah yang tersesat. Dalam catatannya telah terjadi 30 kasus orang sesat di Sektor Lima . Bahkan pernah mengantar jemaah tersesat hingga satu mobil. “Baru saja kami antar satu jemaah, sudah ada jemaah lain yang antri untuk diantar karena tidak bisa pulang ke hotel,” cerita Fauzan.

Fauzan menambahkan jemaah yang tersesat ada yang sudah jauh dari hotelnya bahkan hampir lima jam jemaah mencari hotelnya, karena itu dirinya berharap jemaah sebaiknya tidak berjalan sendiri untuk menghindari salah jalan atau tersesat ini.

Yang mengkuatirkan menurut Fauzan adalah jemaah yang tersesat ini rentan terhadap tindak Kriminal. Dia mencontohkan ada jemaah yang diantarkan oleh seseorang tanpa identitas apapun, setelah ditanya ternyata jemaah tersebut telah menjadi korban kriminal.”Mungkin pelakunya sudah tahu cirri-ciri orang yang memerlukan bantuan, mereka dekati dengan pura-pura ingin membantu kemudian tas korban dirampas.”

Rawan Gangguan Kesehatan

Sementara itu dokter psikiater di Balai Pengobatan haji Indonesia (BPHI) Tri Aniswati menjelaskan jemaah yang rentan terhadap masalah kesehatan adalah jemaah yang usianya sudah lanjut, baik itu mengalami gangguan kesehatan mental mapun kesehatan fisiknya. Bahkan bisa saja jemaaah yang mengalami gangguan kesehatan fisik kemudian mempengaruhi kesehatan psikisnya atau sebaliknya.

“Kita tahu jemaah kita banyak yang berusia di atas 50 tahun, usia-usia tersebut rentan terhadap gangguan psikis dan kesehatan fisik. Gangguan psikis biasanya terjadi karena seseorang tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan yang berbeda,” jelasnya. (MA Effendi,depag)

Baca juga yang ini, semoga bermanfaat:

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/berakhlaq-mulia-di-tanah-suci/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/lebih-enak-haji-mandiri/

http://oleholehhaji.net/2009/11/03/kiat-sehat-bugar-selama-naik-haji/

http://oleholehhaji.net/2009/11/05/gelang-haji/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/siapkan-diri-di-musim-dingin/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/keletihan-bisa-berimbas-pada-kesehatan-jiwa/

Read Full Post »

Enam jemaah asal Aceh diserang demam dan bibir pecah-pecah akibat jarang mengonsumsi air minum sesuai batas kebutuhan yang ditentukan.

Hal itu dikemukakan Edi Zainuddin, seusai salat subuh di Mesjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, akhir pekan lalu. “Mereka cuma demam biasa, karena menahan minum air sesuai kebutuhan tubuh (minimal 8 liter per hari, Red) seperti yang diminta tim kesehatan haji Indonesia,” ujarnya.

Menurut Edi, jemaah yang menahan minum itu karena mereka takut “beser” alias sering buang air kecil. Akibat “beser” itu, mereka merasa ibadahnya terganggu karena terpaksa bolak-balik ke toilet. Sementara, saat waktu salat, toilet di sekitar Mesjid Nabawi selau antre akibat dipadati jemaah yang hendak berwudhu.

“Tapi, sekarang mereka kapok (jera-Red), karena telanjur demam dan bibir pecah-pecah. Sejauh ini, karena penyakitnya ringan, mereka berobat sendiri di pemondokan dengan obat-obatan yang dibawa dari Tanah Air. Alhamdulillah, beberapa orang dari mereka sudah mulai membaik,” katanya.

Edi mengatakan, pihaknya memang selalu diingatkan petugas haji Indonesia untuk rajin minum air putih, atau lebih dianjurkan air Zamzam, untuk menjaga kesehatan. “Ini agar kami tidak mudah terserang penyakit, seperti demam dan bibir pecah-pecah,” katanya.

Selain mengonsumsi air minum sesuai kebutuhan tubuh, jemaah asal Tanah Rencong ini mulai rajin senam pagi, setelah pulang dari Mesjid Nabawi menunaikan salat arba`in dan subuh. “Alhamdulillah, sesuai anjuran dokter Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), kini stamina jemaah kami sangat prima sehingga lancar melaksanakan ibadah,” ucapnya. (Yudhiarma,depag)

Simak juga informasi bermanfaat ini:

http://oleholehhaji.net/2009/11/03/mengatasi-musin-dingin/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/jamaah-haji-persiapkan-diri-hadapi-musim-dingin/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/siapkan-diri-di-musim-dingin/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/keletihan-bisa-berimbas-pada-kesehatan-jiwa/

http://oleholehhaji.net/2009/11/05/sekilas-tentang-keutamaan-masjidil-haram-makkah-al-mukarramah/

Read Full Post »

Kepolisian Madinah Arab Saudi kini lebih agresif menangani kasus-kasus tindak kriminal yang dilaporkan ke kepolisian Madinah. Tindakan yang diambil kepolisian tersebut diantarannya ketika ada WNI yang mencurigakan maka langsung ditangkap aparat kepolisian.

Kepala Daerah Kerja Madinah Cepi Supriatna mengakui mengalami kesulitan melacak pelaku-pelaku kriminal dengan korban jemaah Indonesia karena dalam melakukan aksinya mereka menyamar juga sebagai jemaah. Pelaku juga tahu persis latarbelakang korbannya apabila korbannya dari Jawa, pelaku menggunakan Bahasa Jawa, apabila dari Makasar menggunakan Bahasa Makasar.

“Itu yang sulit diprediksi oleh kita. Kita sudah perintahkan kepada semua PAM yang ada di sektor-sektor untuk mencermati lebih lanjut situasi seperti itu, dan lebih ditekankan lagi kepada mabais itu tadi. Kalau ada warga Negara kita yang clingak-clinguk langsung saja ditangkap untuk diinterograsi,” jelas Cepi Supriatna.

Lebih lanjut Cepi menjelaskan jam-jam krusial bagi jemaah adalah usai sholat karena biasanya jemaah reorientasi dan bingung kemudian menjadi sasaran bagi pelaku kriminal.

Sementara itu menyangkut tempat-tempat yang rawan yang perlu diwaspadai bagi jemaah adalah di sekitar masjid Nabawi di depan Taibah dan Hotel Andalus karena banyak jemaah yang bingung di tempat-tempat itu. “Terutama pada malam hari karena sering terjadi bagi jemaah yang tibanya malam hari. Padahal jemaah kita baru melihat menara masjidnya saja sudah langsung menuju masjid, saking rindunya, padahal belum mengenal lingkungannya,” papar Cepi.

Oleh karena itu Cepi Supriatna berharap kepada jemaah yang akan tiba di Madinah maupun Mekkah melakukan pengenalan lingkungan terlebih dahulu dimana jemaah itu berada. Disamping itu di tingkat kloter juga perlu diperketat lagi dan di tingkat sektor ke depan sudah waktunya ada sektor khusus yang menangani masalah seperti ini.

Sebagaimana diketahui aksi-aksi kriminal yang menimpa terhadap jemaah Indonesia di Madinah diduga dilakukan oleh WNI sendiri yang berada di Tanah Suci, hal ini dapat diketahui dari pengakuan korban bahwa pelaku menggunakan bahasa daerah setempat, sesuai dengan asal korbannya. Modusnya adalah pelaku menawarkan bantuan kepada korban akan mencarikan tempat hotelnya atau akan membantu untuk keperluan lainnya, namun apabila korban sudah percaya, dalam situasi memungkin pelaku merampas tas dan harta korban.

Disamping itu pelaku juga ada yang menyaru menjadi jemaah seperti memaki gelang tanda pengenal, jaket seragam jemaah atau identitas lainnya. (MA Effendi,www.depag.go.id)

Silahkan klik yang ini:

http://oleholehhaji.net/2009/11/05/gelang-haji/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/berakhlaq-mulia-di-tanah-suci/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/lebih-enak-haji-mandiri/

 

Read Full Post »

Diantara jenis sabar adalah sabar terhadap taqdir Allah. Hal ini berkaitan dengan tauhid Rububiyyah, karena sesungguhnya pengaturan makhluk dan menentukan taqdir atas mereka adalah

termasuk dari tuntutan Rububiyyah Allah Ta’ala.

Perbedaan antara Al-Qadar & Al-Maqduur

Qadar atau taqdiir mempunyai dua makna. Yang pertama: al-maqduur yaitu sesuatu yang ditaqdirkan. Yang kedua: fi’lu Al-Muqaddir yaitu perbuatannya Al-Muqaddir (Allah Ta’ala). Adapun jika dinisbahkan/dikaitkan kepada perbuatannya Allah maka wajib atas manusia untuk ridha dengannya dan bersabar. Dan jika dinisbahkan kepada al-maqduur maka wajib atasnya untuk bersabar dan disunnahkan ridha.

Contohnya adalah: Allah telah menaqdirkan mobilnya seseorang terbakar, hal ini berarti Allah telah menaqdirkan mobil tersebut terbakar. Maka ini adalah qadar yang wajib atas manusia agar ridha dengannya, karena hal ini merupakan diantara kesempurnaan ridha kepada Allah sebagai Rabb. Adapun jika dinisbahkan kepada al-maqduur yaitu terbakarnya mobil maka wajib atasnya untuk bersabar dan ridha dengannya adalah sunnah bukan wajib menurut pendapat yang rajih (kuat).

Sedangkan al-maqduur itu sendiri bisa berupa ketaatan-ketaatan, kemaksiatan-kemaksiatan dan kadang-kadang merupakan dari perbuatannya Allah semata. Adapun yang berupa ketaatan maka wajib ridha dengannya, sedangkan bila berupa kemaksiatan maka tidak boleh ridha dengannya dari sisi bahwasanya hal itu adalah al-maqduur, adapun dari sisi bahwasanya itu adalah taqdir Allah maka wajib ridha dengan taqdir Allah pada setiap keadaan, dan karena inilah Ibnul Qayyim berkata: “Maka karena itulah kita ridha dengan qadha` (ketentuan Allah) dan kita marah terhadap sesuatu yang ditentukan apabila berupa kemaksiatan.”

Maka barangsiapa yang melihat dengan kacamata Al-Qadha` wal Qadar kepada seseorang yang berbuat maksiat maka wajib atasnya ridha karena sesungguhnya Allahlah yang telah menaqdirkan hal itu dan padanya ada hikmah dalam taqdir-Nya. Dan sebaliknya apabila dia melihat kepada perbuatan orang tersebut maka tidak boleh ridha dengannya karena perbuatannya tadi adalah maksiat. Inilah perbedaan antara al-qadar dan al-maqduur.

Bagaimana Manusia Menghadapi Musibah?

Di dalam menghadapi musibah, manusia terbagi menjadi empat tingkatan:
Pertama: marah, yaitu ketika menghadapi musibah dia marah baik dengan hatinya seperti benci terhadap Rabbnya dan marah terhadap taqdir Allah atasnya, dan kadang-kadang sampai kepada tingkat kekufuran, Allah berfirman:
ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ł…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ¹Ł’ŲØŁŲÆŁ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų­ŁŽŲ±Ł’ŁŁ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲµŁŽŲ§ŲØŁŽŁ‡Ł Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŒ Ų§Ų·Ł’Ł…ŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲµŁŽŲ§ŲØŁŽŲŖŁ’Ł‡Ł ŁŁŲŖŁ’Ł†ŁŽŲ©ŁŒ Ų§Ł†Ł’Ł‚ŁŽŁ„ŁŽŲØŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŁ‡Ł Ų®ŁŽŲ³ŁŲ±ŁŽ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©ŁŽ Ų°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŲ³Ł’Ų±ŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲØŁŁŠŁ†Ł
“Dan diantara manusia ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Al-Hajj:11)

Atau dia marah dengan lisannya seperti menyeru dengan kecelakaan dan kebinasaan dan yang sejenisnya. Atau marah dengan anggota badannya seperti menampar pipi, merobek saku baju, menarik-narik (menjambak) rambut, membenturkan kepala ke tembok dan yang sejenisnya.

Kedua: sabar, yaitu sebagaimana ucapan penyair:
Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲØŁ’Ų±Ł Ł…ŁŲ«Ł’Ł„Ł Ų§Ų³Ł’Ł…ŁŁ‡Ł Ł…ŁŲ±Ł‘ŁŒ Ł…ŁŽŲ°ŁŽŲ§Ł‚ŁŽŲŖŁŁ‡Ł Ł„ŁŽŁƒŁŁ†Ł’ Ų¹ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł‚ŁŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ­Ł’Ł„ŁŽŁ‰ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł
“Sabar itu seperti namanya, pahit rasanya, akan tetapi akibatnya lebih manis dari madu.”
Maka orang yang sabar itu akan melihat bahwasanya musibah ini berat baginya dan dia tidak menyukainya, akan tetapi dia membawanya kepada kesabaran, dan tidaklah sama di sisinya antara adanya musibah dengan tidak adanya, bahkan dia tidak menyukai musibah ini akan tetapi keimanannya melindunginya dari marah.

Ketiga: ridha, dan ini lebih tinggi dari sebelumnya, yaitu dua perkara tadi (ada dan tidak adanya musibah) di sisinya adalah sama ketika dinisbahkan/disandarkan terhadap qadha dan qadar (taqdir/ketentuan Allah) walaupun bisa jadi dia bersedih karena musibah tersebut, Karena sesungguhnya dia adalah seseorang yang sedang berenang dalam qadha dan qadar, kemana saja qadha dan qadar singgah maka dia pun singgah bersamanya, baik di atas kemudahan ataupun kesulitan. Jika diberi kenikmatan atau ditimpa musibah, maka semuanya menurut dia adalah sama. Bukan karena hatinya mati, bahkan karena sempurnanya ridhanya kepada Rabbnya, dia bergerak sesuai dengan kehendak Rabbnya.

Bagi orang yang ridha, adanya musibah ataupun tidak, adalah sama, karena dia melihat bahwasanya musibah tersebut adalah ketentuan Rabbnya. Inilah perbedaan antara ridha dan sabar.

Keempat: bersyukur, dan ini adalah derajat yang paling tinggi, yaitu dia bersyukur kepada Allah atas musibah yang menimpanya dan jadilah dia termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang bersyukur ketika dia melihat bahwa di sana terdapat musibah yang lebih besar darinya, dan bahwasanya musibah-musibah dunia lebih ringan daripada musibah-musibah agama, dan bahwasanya ‘adzab dunia lebih ringan daripada ‘adzab akhirat, dan bahwasanya musibah ini adalah sebab agar dihapuskannya dosa-dosanya, dan kadang-kadang untuk menambah kebaikannya, maka dia bersyukur kepada Allah atas musibah tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Ł…ŁŽŲ§ Ł…ŁŁ†Ł’ Ł…ŁŲµŁŁŠŁ’ŲØŁŽŲ©Ł ŲŖŁŲµŁŁŠŁ’ŲØŁ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘Ł‘ŁŽ ŁƒŁŽŁŁ‘ŁŽŲ±ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲØŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŁ†Ł’Ł‡Ł Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁˆŁ’ŁƒŁŽŲ©Ł ŁŠŁŲ“ŁŽŲ§ŁƒŁŁ‡ŁŽŲ§
“Tidaklah suatu musibah menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya tersebut, sampai pun duri yang menusuknya.” (HR. Al-Bukhariy no.5640 dan Muslim no.2572 dari ‘A`isyah)

Ł…ŁŽŲ§ ŁŠŁŲµŁŁŠŁ’ŲØŁ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’ Ł†ŁŽŲµŁŽŲØŁ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŁˆŁŽŲµŁŽŲØŁ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ł‡ŁŽŁ…Ł‘Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų­ŁŲ²Ł’Ł†Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų£ŁŽŲ°Ł‹Ł‰ ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŗŁŽŁ…Ł‘Ł Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁˆŁ’ŁƒŁŽŲ©Ł ŁŠŁŲ“ŁŽŲ§ŁƒŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ų§ŁŽ ŁƒŁŽŁŁ‘ŁŽŲ±ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲØŁŁ‡ŁŽŲ§ Ł…ŁŁ†Ł’ Ų®ŁŽŲ·ŁŽŲ§ŁŠŁŽŲ§Ł‡Ł
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan/kelelahan, sakit, sedih, duka, gangguan ataupun gundah gulana sampai pun duri yang menusuknya kecuali Allah akan hapuskan dengannya kesalahan-kesalahannya.” (HR. Al-Bukhariy no.5641, 5642 dari Abu Sa’id Al-Khudriy dan Abu Hurairah)
Bahkan kadang-kadang akan bertambahlah iman seseorang dengan musibah tersebut.

Bagaimana Mendapatkan Ketenangan?

Allah Ta’ala berfirman:
ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ ŲØŁŲ§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŽŁ‡Ł’ŲÆŁ Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁŽŁ‡Ł
“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (At-Taghaabun:11)
Yang dimaksud dengan “beriman kepada Allah” dalam ayat ini adalah beriman kepada taqdir-Nya.

Firman-Nya: “niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya” yaitu Allah akan memberikan ketenangan kepadanya. Dan hal ini menunjukkan bahwasanya iman itu berkaitan dengan hati, apabila hatinya mendapat petunjuk maka anggota badannya pun akan mendapat petunjuk pula, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŁŁŁŠ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ Ł…ŁŲ¶Ł’ŲŗŁŽŲ©Ł‹ Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŲµŁŽŁ„ŁŲ­ŁŽŲŖŁ’ ŲµŁŽŁ„ŁŲ­ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŁ„Ł‘ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ ŁŁŽŲ³ŁŽŲÆŁŽŲŖŁ’ ŁŁŽŲ³ŁŽŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ³ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŁ„Ł‘ŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁŠŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŁ„Ł’ŲØŁ
“Sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila baik maka akan baiklah seluruh jasadnya dan apabila rusak maka akan rusaklah seluruh jasadnya, ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhariy no.52 dan Muslim no.1599 dari An-Nu’man bin Basyir)

Berkata ‘Alqamah (menafsirkan ayat di atas): “Yaitu seseorang yang ditimpa suatu musibah lalu dia mengetahui bahwasanya musibah tersebut dari sisi Allah maka dia pun ridha dan menerima (berserah diri kepada-Nya).”

Tafsiran ‘Alqamah ini menunjukkan bahwasanya ridha terhadap taqdir Allah merupakan konsekuensinya iman, karena sesungguhnya barangsiapa yang beriman kepada Allah maka berarti dia mengetahui bahwasanya taqdir itu dari Allah, sehingga dia ridha dan menerimanya. Maka apabila dia mengetahui bahwasanya musibah itu dari Allah, akan tenang dan senanglah hatinya dan karena inilah diantara penyebab terbesar seseorang merasakan ketenangan dan kesenangan adalah beriman kepada qadha dan qadar.

Tanda Kebaikan & Kejelekan Seorang Hamba

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŲ±ŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲØŁŲ¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽ Ų¹ŁŽŲ¬Ł‘ŁŽŁ„ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŁ‚ŁŁˆŁ’ŲØŁŽŲ©ŁŽ ŁŁŁŠ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŲ±ŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲØŁŲ¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ±Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŁ…Ł’Ų³ŁŽŁƒŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’Ł‡Ł ŲØŁŲ°ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁ‡Ł Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ ŁŠŁŁˆŁŽŲ§ŁŁŁŠŁŽ ŲØŁŁ‡Ł ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŁŠŁŽŲ§Ł…ŁŽŲ©Ł
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya maka Allah akan menyegerakan balasannya di dunia, dan apabila Allah menginginkan kejelekan kepada hamba-Nya maka Allah akan menunda balasan dari dosanya, sampai Allah sempurnakan balasannya di hari kiamat.” (HR. At-Tirmidziy no.2396 dari Anas bin Malik, lihat Ash-Shahiihah no.1220)

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Allah menginginkan kebaikan dan kejelekan kepada hamba-Nya. Akan tetapi kejelekan yang dimaksudkan di sini bukanlah kepada dzatnya kejelekan tersebut berdasarkan sabda Rasulullah:
ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ±Ł‘Ł Ł„ŁŽŁŠŁ’Ų³ŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ
“Dan kejelekan tidaklah disandarkan kepada-Mu.” (HR. Muslim no.771 dari ‘Ali bin Abi Thalib)
Maka barangsiapa menginginkan kejelekan kepada dzatnya maka kejelekan itu disandarkan kepadanya. Akan tetapi Allah menginginkan kejelekan karena suatu hikmah sehingga jadilah hal itu sebagai kebaikan ditinjau dari hikmah yang dikandungnya.

Sesungguhnya seluruh perkara itu di tangan Allah ‘Azza wa Jalla dan berjalan sesuai dengan kehendak-Nya karena Allah berfirman tentang diri-Nya:
Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁƒŁŽ ŁŁŽŲ¹Ł‘ŁŽŲ§Ł„ŁŒ Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ±ŁŁŠŲÆŁ
“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.” (Huud:107)

Dan juga Dia berfirman:
Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁŠŁŽŁŁ’Ų¹ŁŽŁ„Ł Ł…ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ“ŁŽŲ§Ų”Ł
“Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Al-Hajj:18)

Maka semua perkara itu di tangan Allah.

Dan seseorang tidak akan lepas dari salah/keliru, berbuat maksiat dan kurang dalam menunaikan kewajiban, maka apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, akan Allah segerakan baginya balasan (dari perbuatan dosanya) di dunia, apakah diuji dengan hartanya atau keluarganya atau dirinya sendiri atau dengan seseorang yang menjadi sebab adanya ujian-ujian tersebut.

Yang jelas, dia akan disegerakan balasan (dari perbuatan dosanya). Karena sesungguhnya balasan akibat perbuatan dosa dengan diuji pada hartanya, keluarganya ataupun dirinya, itu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan. Maka apabila seorang hamba disegerakan balasannya dan Allah hapuskan kesalahannya dengan hal itu, maka berarti Allah mencukupkan balasan kepadanya dan hamba tersebut tidak mempunyai dosa lagi karena dosa-dosanya telah dibersihkan dengan adanya musibah dan bencana yang menimpanya.

Bahkan kadang-kadang seseorang harus menanggung beratnya menghadapi sakaratul maut karena adanya satu atau dua dosa yang dia miliki supaya terhapus dosa-dosa tersebut, sehingga dia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa-dosa. Dan ini adalah suatu kenikmatan karena sesungguhnya ‘adzab dunia itu lebih ringan daripada ‘adzab akhirat.

Akan tetapi apabila Allah menginginkan kejelekan kepada hamba-Nya maka akan Allah biarkan dia dalam keadaan penuh kemaksiatan dan akan Allah curahkan berbagai kenikmatan kepadanya dan Allah hindarkan malapetaka darinya sampai dia menjadi orang yang sombong dan bangga dengan apa yang Allah berikan kepadanya.
Dan ketika itu dia akan menjumpai Rabbnya dalam keadaan bergelimang dengan kesalahan dan dosa lalu dia pun di akhirat disiksa akibat dosa-dosanya tersebut. Kita meminta kepada Allah keselamatan.

Maka apabila engkau melihat seseorang yang nampak dengan kemaksiatan dan telah Allah hindarkan dia dari musibah serta dituangkan kepadanya berbagai kenikmatan maka ketahuilah bahwasanya Allah menginginkan kejelekan kepadanya, karena Allah mengakhirkan balasan dari perbuatan dosanya sampai dicukupkan balasannya pada hari kiamat.

Apabila Allah Mencintai Suatu Kaum

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŲøŁŽŁ…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ²ŁŽŲ§Ų”Ł Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų¹ŁŲøŁŽŁ…Ł Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ”Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲØŁ‘ŁŽ Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł‹Ų§ Ų§ŲØŁ’ŲŖŁŽŁ„Ų§ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų±ŁŽŲ¶ŁŁŠŁŽ ŁŁŽŁ„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŲ¶ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų³ŁŽŲ®ŁŲ·ŁŽ ŁŁŽŁ„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŲ®Ł’Ų·Ł
“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka (dengan suatu musibah), maka barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan (dari Allah) dan barangsiapa yang marah maka baginya kemarahan (Allah).” (HR. At-Tirmidziy no.2396 dari Anas bin Malik, lihat Silsilah Ash-Shahiihah no.146)

“Sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian” yakni semakin besar ujian, semakin besar pula balasannya. Maka cobaan yang ringan balasannya pun ringan sedangkan cobaan yang besar/berat maka pahalanya pun besar karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mempunyai keutamaan terhadap manusia. Apabila mereka ditimpa musibah yang berat maka pahalanya pun besar dan apabila musibahnya ringan maka pahalanya pun ringan.
“Dan sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka” ini merupakan kabar gembira bagi orang beriman, apabila ditimpa suatu musibah maka janganlah dia menyangka bahwa Allah membencinya bahkan bisa jadi musibah ini sebagai tanda kecintaan Allah kepada seorang hamba. Allah uji hamba tersebut dengan musibah-musibah, apabila dia ridha, bersabar dan mengharap pahala kepada Allah atas musibah tersebut maka baginya keridhaan (dari Allah), dan sebaliknya apabila dia marah maka baginya kemarahan (Allah).

Dalam hadits ini terdapat anjuran, pemberian semangat sekaligus perintah agar manusia bersabar terhadap musibah-musibah yang menimpanya sehingga ditulis/ditetapkan untuknya keridhaan dari Allah ‘Azza wa Jalla. Wallaahul Muwaffiq.

Diringkas dari kitab Al-Qaulul Mufiid 2/41-44 dan Syarh Riyaadhush Shaalihiin 1/125-126 dengan beberapa perubahan.

(Dikutip dari Bulletin Al Wala’ wa Bara’, Edisi ke-6 Tahun ke-3 / 31 Desember 2004 M / 19 Dzul Qo’dah 1425 H. Judul asli Sabar terhadap Taqdir Allah. Diterbitkan Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah Bandung. Url sumber : http://salafy.iwebland.com/fdawj/awwb/read.php?edisi=6&th=3)

Read Full Post »

Mohon kiranya sejenak kita renungkan bersama, terkhusus bagi mereka yang hendak berangkat berhaji ke Tanah Suci, sebuah nasehat yang penting untuk dijadikan bekal saat berhaji. Yaitu bekal ilmu untuk Sabar.Ā  Selamat menyimak dan semoga kita diberikan kemudahan untuk bersabar.

Ayat-ayat Al Qur’an tentang Sabar

Allah Ta’ala berfirman:
ŁŠŁŽŲ§Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų”ŁŽŲ§Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§ŲµŁ’ŲØŁŲ±ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ§ŲØŁŲ±ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ§ŲØŁŲ·ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ†ŁŽ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Aali ‘Imraan:200)

Dan Allah Ta’ala berfirman:
ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲØŁ’Ł„ŁŁˆŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁˆŁ’ŁŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŁˆŲ¹Ł ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁ‚Ł’ŲµŁ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų£ŁŽŁ†Ł’ŁŁŲ³Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų«Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ“Ł‘ŁŲ±Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ±ŁŁŠŁ†ŁŽ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:155)
Dan Allah Ta’ala berfirman:

Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŁˆŁŽŁŁ‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ų±ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲŗŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų­ŁŲ³ŁŽŲ§ŲØŁ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
Dan Allah Ta’ala berfirman:

ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲµŁŽŲØŁŽŲ±ŁŽ ŁˆŁŽŲŗŁŽŁŁŽŲ±ŁŽ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ Ų¹ŁŽŲ²Ł’Ł…Ł Ų§Ł„Ų£ŁŁ…ŁŁˆŲ±Ł
“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (Asy-Syuuraa:43)

Dan Allah Ta’ala berfirman:
ŁŠŁŽŲ§Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų”ŁŽŲ§Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲ¹ŁŁŠŁ†ŁŁˆŲ§ ŲØŁŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲØŁ’Ų±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ©Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ±ŁŁŠŁ†ŁŽ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah:153)

Dan Allah Ta’ala berfirman:
ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲØŁ’Ł„ŁŁˆŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ Ł†ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁŁŠŁ†ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ±ŁŁŠŁ†ŁŽ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian.” (Muhammad:31)

Dan ayat-ayat yang memerintahkan sabar dan menerangkan keutamaannya sangat banyak dan dikenal.

Pengertian dan Jenis-jenis Sabar

Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan), dan diantara yang menunjukkan pengertiannya secara bahasa adalah ucapan: “qutila shabran” yaitu dia terbunuh dalam keadaan ditahan dan ditawan. Sedangkan secara syari’at adalah menahan diri atas tiga perkara: yang pertama: (sabar) dalam mentaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan, dan yang ketiga: (sabar) terhadap taqdir Allah yang menyakitkan.

Inilah macam-macam sabar yang telah disebutkan oleh para ‘ulama.

Jenis sabar yang pertama: yaitu hendaknya manusia bersabar terhadap ketaatan kepada Allah, karena sesungguhnya ketaatan itu adalah sesuatu yang berat bagi jiwa dan sulit bagi manusia. Memang demikianlah kadang-kadang ketaatan itu menjadi berat atas badan sehingga seseorang merasakan adanya sesuatu dari kelemahan dan keletihan ketika melaksanakannya. Demikian juga padanya ada masyaqqah (sesuatu yang berat) dari sisi harta seperti masalah zakat dan masalah haji.
Yang penting, bahwasanya ketaatan-ketaatan itu padanya ada sesuatu dari masyaqqah bagi jiwa dan badan, sehingga butuh kepada kesabaran dan kesiapan menanggung bebannya, Allah berfirman:
ŁŠŁŽŲ§Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų”ŁŽŲ§Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§ŲµŁ’ŲØŁŲ±ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ§ŲØŁŲ±ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ§ŲØŁŲ·ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ†ŁŽ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (Aali ‘Imraan:200)

Allah juga berfirman
ŁˆŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł’ Ų£ŁŽŁ‡Ł’Ł„ŁŽŁƒŁŽ ŲØŁŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§ŲµŁ’Ų·ŁŽŲØŁŲ±Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŽŲ§
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Thaahaa:132)

Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲ­Ł’Ł†Ł Ł†ŁŽŲ²Ł‘ŁŽŁ„Ł’Ł†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų”ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŲŖŁŽŁ†Ł’Ų²ŁŁŠŁ„Ų§Ł‹(23) ŁŁŽŲ§ŲµŁ’ŲØŁŲ±Ł’ Ł„ŁŲ­ŁŁƒŁ’Ł…Ł Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (Al-Insaan:23-24)

Ayat ini menerangkan tentang sabar dalam melaksanakan perintah-perintah, karena sesungguhnya Al-Qur`an itu turun kepadanya agar beliau (Rasulullah) menyampaikannya (kepada manusia), maka jadilah beliau orang yang diperintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan.

Dan Allah Ta’ala berfirman:
ŁˆŁŽŲ§ŲµŁ’ŲØŁŲ±Ł’ Ł†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŽŁƒŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ ŁŠŁŽŲÆŁ’Ų¹ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ§Ł„Ł’ŲŗŁŽŲÆŁŽŲ§Ų©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ“ŁŁŠŁ‘Ł ŁŠŁŲ±ŁŁŠŲÆŁŁˆŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŽŁ‡Ł
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (Al-Kahfi:28)
Ini adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.

Jenis sabar yang kedua: yaitu bersabar dari hal-hal yang Allah haramkan sehingga seseorang menahan jiwanya dari apa-apa yang Allah haramkan kepadanya, karena sesungguhnya jiwa yang cenderung kepada kejelekan itu akan menyeru kepada kejelekan, maka manusia perlu untuk mengekang dan mengendalikan dirinya, seperti berdusta, menipu dalam bermuamalah, memakan harta dengan cara yang bathil, dengan riba dan yang lainnya, berbuat zina, minum khamr, mencuri dan lain-lainnya dari kemaksiatan-kemaksiatan yang sangat banyak.

Maka kita harus menahan diri kita dari hal-hal tadi jangan sampai mengerjakannya dan ini tentunya perlu kesabaran dan butuh pengendalian jiwa dan hawa nafsu.

Diantara contoh dari jenis sabar yang kedua ini adalah sabarnya Nabi Yusuf ‘alaihis salaam dari ajakan istrinya Al-‘Aziiz (raja Mesir) ketika dia mengajak (zina) kepadanya di tempat milik dia, yang padanya ada kemuliaan dan kekuatan serta kekuasaan atas Nabi Yusuf, dan bersamaan dengan itu Nabi Yusuf bersabar dan berkata:
Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŲ¬Ł’Ł†Ł Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲØŁ‘Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ‘ŁŽ Ł…ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲÆŁ’Ų¹ŁŁˆŁ†ŁŽŁ†ŁŁŠ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ ŲŖŁŽŲµŁ’Ų±ŁŁŁ’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŁŠ ŁƒŁŽŁŠŁ’ŲÆŁŽŁ‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲµŁ’ŲØŁ Ų„ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁƒŁŁ†Ł’ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŁ„ŁŁŠŁ†ŁŽ
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (Yuusuf:33)
Maka ini adalah kesabaran dari kemaksiatan kepada Allah.

Jenis sabar yang ketiga: yaitu sabar terhadap taqdir Allah yang menyakitkan (menurut pandangan manusia).

Karena sesungguhnya taqdir Allah ‘Azza wa Jalla terhadap manusia itu ada yang bersifat menyenangkan dan ada yang bersifat menyakitkan.

Taqdir yang bersifat menyenangkan; maka butuh rasa syukur, sedangkan syukur itu sendiri termasuk dari ketaatan, sehingga sabar baginya termasuk dari jenis yang pertama (yaitu sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah). Adapun taqdir yang bersifat menyakitkan; yaitu yang tidak menyenangkan manusia, seperti seseorang yang diuji pada badannya dengan adanya rasa sakit atau yang lainnya, diuji pada hartanya ā€“yaitu kehilangan harta-, diuji pada keluarganya dengan kehilangan salah seorang keluarganya ataupun yang lainnya dan diuji di masyarakatnya dengan difitnah, direndahkan ataupun yang sejenisnya.
Yang penting bahwasanya macam-macam ujian itu sangat banyak yang butuh akan adanya kesabaran dan kesiapan menanggung bebannya, maka seseorang harus menahan jiwanya dari apa-apa yang diharamkan kepadanya dari menampakkan keluh kesah dengan lisan atau dengan hati atau dengan anggota badan.

Allah berfirman:
ŁŁŽŲ§ŲµŁ’ŲØŁŲ±Ł’ Ł„ŁŲ­ŁŁƒŁ’Ł…Ł Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ
“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (Al-Insaan:24)
Maka masuk dalam ayat ini yaitu hukum Allah yang bersifat taqdir.

Dan diantara ayat yang menjelaskan jenis sabar ini adalah firman Allah:
ŁŁŽŲ§ŲµŁ’ŲØŁŲ±Ł’ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲµŁŽŲØŁŽŲ±ŁŽ Ų£ŁŁˆŁ„ŁŁˆ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ²Ł’Ł…Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŲ³ŁŁ„Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲ¹Ł’Ų¬ŁŁ„Ł’ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.” (Al-Ahqaaf:35)

Ayat ini menerangkan tentang kesabaran para rasul dalam menyampaikan risalah dan dalam menghadapi gangguan kaumnya.

Dan juga diantara jenis sabar ini adalah ucapan Rasulullah kepada utusan salah seorang putri beliau:
Ł…ŁŲ±Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ŁŁŽŁ„Ł’ŲŖŁŽŲµŁ’ŲØŁŲ±Ł’ ŁˆŁŽŁ„Ł’ŲŖŁŽŲ­Ł’ŲŖŁŽŲ³ŁŲØŁ’
“Perintahkanlah kepadanya, hendaklah bersabar dan mengharap pahala kepada Allah (dalam menghadapi musibah tersebut).” (HR. Al-Bukhariy no.1284 dan Muslim no.923)

Keadaan Manusia Ketika Menghadapi Musibah

Sesungguhnya manusia di dalam menghadapi dan menyelesaikan musibah ada empat keadaan:
Keadaan pertama: marah
Keadaan kedua: bersabar
Keadaan ketiga: ridha
Dan keadaan keempat: bersyukur.

Inilah empat keadaan manusia ketika ditimpa suatu musibah.

Adapun keadaan pertama: yaitu marah baik dengan hatinya, lisannya ataupun anggota badannya.

Adapun marah dengan hatinya yaitu dalam hatinya ada sesuatu terhadap Rabbnya dari kemarahan, perasaan jelek atau buruk sangka kepada Allah – dan kita berlindung kepada Allah dari hal ini- dan yang sejenisnya bahkan dia merasakan bahwa seakan-akan Allah telah menzhaliminya dengan musibah ini.

Adapun dengan lisan, seperti menyeru dengan kecelakaan dan kebinasaan, seperti mengatakan: “Duhai celaka, duhai binasa!”, atau dengan mencela masa (waktu), yang berarti dia menyakiti Allah ‘Azza wa Jalla dan yang sejenisnya.

Adapun marah dengan anggota badan seperti menampar pipinya, memukul kepalanya, menjambak rambutnya atau merobek bajunya dan yang sejenis dengan ini.
Inilah keadaan orang yang marah yang merupakan keadaannya orang-orang yang berkeluh kesah yang mereka ini diharamkan dari pahala dan tidak akan selamat (terbebas) dari musibah bahkan mereka ini mendapat dosa, maka jadilah mereka orang-orang yang mendapatkan dua musibah: musibah dalam agama dengan marah dan musibah dalam masalah dunia dengan mendapatkan apa-apa yang tidak menyenangkan.

Adapun keadaan kedua: yaitu bersabar terhadap musibah dengan menahan dirinya (dari hal-hal yang diharamkan), dalam keadaan dia membenci musibah dan tidak menyukainya dan tidak menyukai musibah itu terjadi akan tetapi dia bersabar (menahan) dirinya sehingga tidak keluar dari lisannya sesuatu yang dibenci Allah dan tidak melakukan dengan anggota badannya sesuatu yang dimurkai Allah serta tidak ada dalam hatinya sesuatu (berprasangka buruk) kepada Allah selama-lamanya, dia tetap bersabar walaupun tidak menyukai musibah tersebut.

Adapun keadaan ketiga: yaitu ridha, di mana keadaan seseorang yang ridha itu adalah dadanya lapang dengan musibah ini dan ridha dengannya dengan ridha yang sempurna dan seakan-akan dia tidak terkena musibah tersebut.

Adapun keadaan keempat: bersyukur, yaitu dia bersyukur kepada Allah atas musibah tersebut, dan adalah keadaannya Rasulullah apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya, beliau mengatakan:
Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų­ŁŽŲ§Ł„Ł
“Segala puji bagi Allah dalam setiap keadaan.”

Maka dia bersyukur kepada Allah dari sisi bahwasanya Allah akan memberikan kepadanya pahala terhadap musibah ini lebih banyak dari apa-apa yang menimpanya.
Dan karena inilah disebutkan dari sebagian ahli ibadah bahwasanya jarinya terluka lalu dia memuji Allah terhadap musibah tersebut, maka orang-orang berkata: “Bagaimana engkau memuji Allah dalam keadaan tanganmu terluka?” Maka dia menjawab: “Sesungguhnya manisnya pahala dari musibah ini telah menjadikanku lupa terhadap pahitnya rasa sakitnya.”

Tingkatan Sabar

Sabar itu ada tiga macam, yang paling tingginya adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, kemudian sabar dalam meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, kemudian sabar terhadap taqdir Allah. Dan susunan ini ditinjau dari sisi sabar itu sendiri bukan dari sisi orang yang melaksanakan kesabaran, karena kadang-kadang sabar terhadap maksiat lebih berat bagi seseorang daripada sabar terhadap ketaatan, apabila seseorang diuji contohnya dengan seorang wanita yang cantik yang mengajaknya berbuat zina di tempat yang sunyi yang tidak ada yang melihatnya kecuali Allah, dalam keadan dia adalah seorang pemuda yang mempunyai syahwat (yang tinggi), maka sabar dari maksiat seperti ini lebih berat bagi jiwa. Bahkan kadang-kadang seseorang melakukan shalat seratus raka’at itu lebih ringan daripada menghindari maksiat seperti ini.

Dan terkadang seseorang ditimpa suatu musibah, yang kesabarannya dalam menghadapi musibah ini lebih berat daripada melaksanakan suatu ketaatan, seperti seseorang kehilangan kerabatnya atau temannya ataupun istrinya. Maka engkau akan dapati orang ini berusaha untuk sabar terhadap musibah ini sebagai suatu kesulitan yang besar.

Akan tetapi ditinjau dari kesabaran itu sendiri maka tingkatan sabar yang tertinggi adalah sabar dalam ketaatan, karena mengandung ilzaaman (keharusan) dan fi’lan (perbuatan). Maka shalat itu mengharuskan dirimu lalu kamu shalat, demikian pula shaum dan hajiā€¦ Maka padanya ada keharusan, perbuatan dan gerakan yang padanya terdapat satu macam dari kepayahan dan keletihan.

Kemudian tingkatan kedua adalah sabar dari kemaksiatan karena padanya hanya ada penahanan diri yakni keharusan bagi jiwa untuk meninggalkannya.

Adapun tingkatan ketiga, sabar terhadap taqdir, maka sebabnya bukanlah dari usaha seorang hamba, maka hal ini bukanlah melakukan sesuatu ataupun meninggalkan sesuatu, akan tetapi semata-mata dari taqdir Allah. Allahlah yang memberi taufiq. Diringkas dari Al-Qaulul Mufiid dan Syarh Riyaadhush Shaalihiin. Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=907

Read Full Post »

Tahukah Anda kalau masa tinggal jamaah haji Indonesia di Arab Saudi pada musim haji tahun 1430 H/2009 ini akan lebih lama dua hari. Untuk tahun-tahu sebelumnya hanya sampai 39 hari sedangkan tahun ini menjadi 41 hari.

Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya frekuensi penerbangan di bandara King Abdul Aziz Jeddah.

Menurut Sekretaris Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah, bapak Abdul Gahfur Jawahir, pada tahun 2008 jumlah pesawat yang mendarat dan membawa jamaah di bandara King Abdul Aziz Jeddah sebanyak 260 pesawat, sedangkan pada tahun ini berkurang hanya 200 pesawat saja.

Penyebab lainnya, dikarenakan di terminal haji Jeddah saat ini masih dalam taraf perbaikan. Hanya ada lima pintu masuk.

Meski demikian saat di Madinah masa tinggalnya tetap sembilan hari. yang bertambah adalah masa tinggal jamaah di Makkah, yaitu menjadi 24 hari. Perubahan ini tentu wajib disyukuri oleh para jamaah haji, mengingat banyak keutamaan yang dapat diraih saaat kita tinggal di tanah suci, terutama di Makkah, karena jamaah berkesempatan beribadah di masjidil haram lebih lama.

Yang ini penting untuk disimak:

http://oleholehhaji.net/2009/11/05/sekilas-tentang-keutamaan-masjidil-haram-makkah-al-mukarramah/

http://oleholehhaji.net/2009/11/02/keletihan-bisa-berimbas-pada-kesehatan-jiwa/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/bekal-bhttp://oleholehhaji.net/2008/11/15/haji-ke-baitullah/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/berakhlaq-mulia-di-tanah-suci/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/lebih-enak-haji-mandiri/

http://oleholehhaji.net/2009/10/29/manasik-haji-untuk-anda-2/

http://oleholehhaji.net/2009/11/03/kiat-sehat-bugar-selama-naik-haji/

Read Full Post »

Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan, Sazli Nasution, di Medan, Rabu,4 November 2009, bahwaĀ  gelang haji itu adalah salah satu identitas diri bagi calhaj asal Indonesia. Selain itu juga sebagai antisipasiĀ  bila sewaktu-waktu jika terjadi musibah di Tanah Suci.

Beliau juga menyampaikan, agar jamaah calon haji (calhaj) selama berada di Tanah Suci guna menunaikan ibadah haji diingatkan supaya selalu menggunakan gelang identitas untuk memudahkan mengenali jamaah jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Gelang identitas yang diberikan kepada jamaah haji tersebut terbuat dari bahan “stainless steel” yang tidak mudah terbakar dan terukir bendera merah putih, kode embarkasi, nomor kloter, paspor, serta nama jamaah. Sehingga sifatnya sangat pribadi, tidak bisa sama antara satu jamaah dengan jamaah yang lainnya.

Gelang tersebut diberikan secara cuma-cuma kepada jamaah itu, saat jamaah memasuki asrama haji sebelumĀ  hari keberangkatan. Ingat, gelang ini bukan sekadar hiasan, namun berfungsi untuk mengenali asal jamaah serta asal kloter.

Dalam kondisi-kondisi darurat seperti calhaj terkena musibah kebakaran, atau tersesat dalam kerumunan yang mengakibatkan identitas lainnya hilang, maka gelang itu menjadi sebagai petunjuk terakhir untuk mengenali jamaah.

Selain itu, gelang ini memudahkan baik jamaah maupun petugas haji, karena mereka tidak perlu membawa paspor cukup dengan gelang identitas. Berbeda dengan paspor, bila hilang tentu akan repot urusannya, mengurusnya bisa lama.

contohgelanghaji

Gambar gelang haji untuk jamaah haji indonesia.

Warna baju seragam jammah haji, gelang, dan tanda lainnya hendaknya diperhatikan oleh segenap jamaah haji. Mengingat banyak tindak kejahatan terhadap jamaah haji terjadi karena jamaah tersebut tidak curiga dengan pelaku. Warna baju buatan baru tentu berbeda dengan baju tahun yang lalu, demikian pula gelang, yang baru tampak jelas tulisannya, sedangkan yang lama pudar bahkan hampir tak terlihat tulisannya.

Tahun 2007 saat kami bertugas sebagai pelayan haji, mengetahui adanya tindakan kejahatan di masjidil haram Makkah dari seorang anggota keamanan yang bertugas melayani dan mengawai jamaah. Pelakunya menggunakan gelang baju tahun 2006 juga ada yang tahun 2003. Tertangkap tangan membawa sejumlah HP, uang real yang tidak tersusun dengan rapih (seperti asal dimasukan ke dalam saku), dan beberapa perhiasan.

Untuk itu, pesan kami, jangan remehkan gelang haji. Dan waspadalah terhadap orang yang mencurigakan saat Anda berhaji. Semoga bermanfaat.

Read Full Post »

Jika harus sedia payung saat mendung, bekal obat-obatan mesti dibawa ketika pergi haji. Itulah yang selalu ditekankan dr Eddy Suyanto SpF SH kepada calon jamaah haji (CJH) yang didampinginya. Terutama, mereka yang menderita hipertensi dan diabetes melitus yang harus rutin minum obat.

“Jangan sampai jatuh sakit ketika berada di tanah suci karena obatnya tak dibawa,” kata dokter kloter salah satu KBIH di Surabaya tersebut.

Selain obat wajib, CJH harus membawa obat komplementer. Misalnya, obat sakit kepala, diare, batuk, dan sebagainya. Memang, dokter kloter ataupun pos kesehatan menyediakan obat-obatan itu. Namun, ada kalanya CJH hanya cocok atau merasa sembuh bila sudah menenggak jenis obat tertentu. Untuk kasus tersebut, CJH diminta membawa obat sendiri. “Membawa obat seperlunya saja. Jangan berlebihan, nanti malah disita oleh petugas imigrasi,” tutur Eddy.

Selama empat kali menjadi dokter kloter, Eddy mengatakan mendapatkan banyak pengalaman. Terutama, menangani CJH yang sakit selama berada di tanah suci. Karena itu, dia sering memberi tahu CJH yang didampingi untuk tidak ngotot berjalan sendiri jika memang lelah. Terutama, mereka yang lanjut usia atau yang menderita penyakit tertentu. (ai/ib)

Yang ini bagus untuk dibaca:

http://oleholehhaji.net/2008/11/25/berhaji-tuk-meraih-ridha-ilahi/

http://oleholehhaji.net/2008/12/01/ikhlas-dalam-ibadah-haji-dan-ibadah-lainnya/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/bekal-bekal-penting-bagi-para-calon-jama%e2%80%99ah-haji/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/berakhlaq-mulia-di-tanah-suci/

http://oleholehhaji.net/2009/10/28/lebih-enak-haji-mandiri/

http://oleholehhaji.net/2009/11/03/kiat-sehat-bugar-selama-naik-haji/

 

http://oleholehhaji.net/2009/11/03/mengatasi-musin-dingin/


Read Full Post »

« Newer Posts - Older Posts »